“Bila orang hendak sungguh-sungguh memajukan peradaban, maka kecerdasan pikiran dan pertumbuhan budi harus sama-sama dimajukan” – R.A Kartini
Perjuangan Kartini dalam meningkatkan derajat dan memperoleh pendidikan yang layak bagi perempuan Indonesia memiliki pengaruh besar dalam perjuangan kesetaraan gender. Terlihat dari sektor pekerjaan di mana para perempuan memberikan kontribusi yang tidak kalah penting dengan pria.
Berdasarkan proyeksi populasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perempuan di kelompok usia produktif (15-49 tahun) mencapai 69,4 juta, sedangkan di kelompok usia produktif (50-64), sebanyak 16,91 juta.
Menurut BPS, situasi ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang memasuki era bonus demografi, di mana kelebihan populasi usia produktif dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan. Namun perjuangan R.A.
Kartini tetap harus dilanjutkan agar kontribusi para perempuan dijalankan dengan optimal dan tidak terhambat oleh diskriminasi berbasis gender
Siapa saja Kartini masa kini yang menjadi representasi perjuangan melawan diskriminasi gender? Mari baca terus artikel ini!
Kartini Masa Kini: Khusnia Normawati
Khusnia Normawati berbagi kisahnya menghadapi tantangan yang juga dialami banyak perempuan masa kini, yaitu beban ganda dalam berkarier dan menjadi ibu rumah tangga. Apalagi dengan posisi pekerjaannya di industri baja yang banyak didominasi oleh laki-laki.
“Peran ganda ini tidak mudah, tapi memang harus dihadapi. Tantangan ini mengharuskan saya untuk well prepared. Artinya, saya harus bisa mengatur prioritas dan waktu seoptimal mungkin,” ujar Khusnia yang saat ini berkarier sebagai Asisten Direktur di salah satu perusahaan konstruksi dan merupakan ibu dari satu anak.
Lebih lanjut lagi, Khusnia berpendapat bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam proses menjalani peran ganda tersebut.
“Pendidikan bagi perempuan adalah hal yang sangat perlu dan penting. Kita mendidik anak didasari dengan bekal pendidikan, ilmu, dan pengalaman. Tak hanya untuk berkarier, bekal tersebut sangat krusial untuk perempuan berperan penuh bagi keluarga,” tegas Khusnia.
Khusnia menunjukkan pandangannya tentang pentingnya pendidikan melalui partisipasinya dalam Program Kuncie Komplit Bootcamp analisis data. Baginya, program ini memiliki kurikulum yang sangat sesuai dengan tantangan dunia kerja saat ini, dan ilmu yang ia peroleh dari program ini dapat ia wariskan kepada anaknya nanti.
Dengan mengambil Program Analisis Data di Kuncie, Khusnia merasa bahwa ia semakin mendekatkan diri pada impian untuk bekerja dari rumah sebagai seorang analis data yang dapat memberikan peluang karier yang lebih cerah.
“Bekerja dari rumah sudah bukan lagi impian semata, saya saat ini sedang dalam proses akhir penerimaan di perusahaan yang sudah saya incar dengan posisi impian saya selama ini, yaitu sebagai data analis”
Kartini Masa Kini: Casella Prasita
Selain Khusnia, ada perempuan inspiratif lainnya yang merupakan sosok Kartini masa kini. Casella Prasita yang merupakan Area Sales Managerperusahaan multinasional di bidang kesehatan, PT Roche Indonesia, membagi pengalamannya mengenai proses belajar, berkarier, hingga meraih prestasi.
“Saya berproses sejak kecil, dari single contributor di tempat kerja sebelumnya sebagai sales, hingga bisa menjadi manager sales di perusahaan saat ini yang sangat menjunjung tinggi kesetaraan gender,” ujar Casella menjelaskan tentang perjalanannya untuk sampai di titik karier saat ini.
Masih ada tantangan dan ketimpangan gender di tempat kerja, salah satunya adalah pandangan bahwa laki-laki lebih cocok untuk memimpin daripada perempuan. Namun, menurut Casella, pandangan ini adalah salah, dan siapa pun dapat menjadi pemimpin jika memiliki pengetahuan yang cukup.
“Untuk memimpin, saya percaya perempuan atau laki-laki sama-sama bisa menjadi pemimpin. Tidak ada yang berbeda dari output yang bisa dihasilkan. Keduanya bisa mencapai target dengan proses yang mungkin berbeda”.
Mengikuti program Kuncie executive Mini MBA adalah salah satu langkah yang ia lakukan untuk terus meningkatkan kompetensi sebagai seorang manager dan bentuk perjuangannya sebagai Kartini masa kini.
“Dari program ini, saya menemukan ruang aman (bagi perempuan) untuk berproses dalam kariernya. Bahkan, program inilah yang menumbuhkan keberanian saya untuk menantang diri dalam mengambil peluang sebagai manager level Asia Pasifik,” jelas Casella.
Tidak dapat dipungkiri, kisah sosok Kartini masa kini seperti Casella dan Khusnia hanyalah sebagian kecil dari representasi kenyataan diskriminasi gender yang masih terjadi di masyarakat.
Meski masih banyak tantangan yang harus dihadapi perempuan, kisah mereka berdua adalah bukti nyata bahwa perjuangan Kartini telah membuahkan hasil manis. Suara Khusnia dan Casella mewakili banyak perempuan di luar sana yang menantang dirinya untuk memiliki keberanian dalam #MemulaiPerubahan demi mewujudkan target kehidupan yang ideal.
Komentar